Cari Artikel Lainnya

Selasa, 12 Agustus 2014

Cerita Wisata Utama (P. Komodo)

Komodo itu pandai menipu. Saat diam, biawak raksasa ini seperti hewan lemah, padahal itu taktiknya untuk menyergap satwa lain dan manusia yang lengah. Seperti apa sifat dan prilaku aslinya? Simak profil sang predator berdasarkan pengamatan TravelPlusIndonesia (TPI) secara langsung di Pulau Komodo. Komodo satu-satunya spesies terakhir dari keluarga monitor lizard yang mampu bertahan hidup dan berkembang. berdasarkan leaflet TNK, satwa berdarah dingin ini ditemukan pertama kali oleh seorang Belanda bernama JKH Van Steyn tahun 1911. Baru terkenal di dunia ilmu pengetahuan sejak 1912, tepatnya setelah peneliti dan ahli biologi, Mayor PA Ouwens memberikan julukan dalam tulisan berjudul “On a Large Varanus Species from the Island of Komodo” dengan nama ilmiah Varanus komodoensis. Untuk mengetahui prilaku komodo sesungguhnya, TravelPlusIndonesia (TPI)mengamatinya langsung di habitatnya, Pulau Komodo. Ternyata komodo punya trik sendiri untuk mengelabui mangsanya. Dia pura-pura diam seperti sebatang kayu lapuk. Gerakannya lamban dan malas. Tapi setelah mangsanya lengah, dia segera menyergapnya dengan mulutnya yang moncong atau dengan bantuan ekornya dengan cara menyabet mangsanya sekeras mungkin. Kelebihan lain, predator licik ini dianugerahi penciuman yang sangat tajam, terutama bila mencium amis darah dan bau bangkai meski berjarak 2 Km. Di habitanya, komodo lebih suka menyendiri (soliter). Sejak kecil, anak komodo dibiarkan mencari makan sendiri oleh induknya. Jarang sekali berkelompok kecuali di Banu Nggulung. Beberapa komodo di tempat ini malas mencari makan sendiri akibat terbiasa diberi umpan (feeding) gratis dari pengunjung, akhirnya populasi rusa, babi hutan, dan kerbau liar kian bertambah hingga mengganggu keseimbangan alam. Beberapa tahun belakangan, acara feeding dilarang. Data inventarisasi komodo Taman Nasional Komodo (TNK), di Pulau Komodo jumlahnya sekitar 1.700 ekor, di Pulau Rinca 1.300, Gili Motang 100, dan 30 ekor di pulau-pulau kecil lain. Diperkirakan masih ada sekitar 2.000 ekor lagi yang terpencar di Flores, yakni di pesisir Barat Manggarai dan pesisir Utara Kabupaten Ngada serta beberapa tempat di Kabupaten Ende. Bahkan hasil penelitian Auffenberg dari Amerika Serikat, komodo ditemukan sampai Timur Flores. Masyarakat Pulau Komodo dan sekitarnya menyebut komodo, ora. Tapi warga pesisir Utara Flores dan Ende, memanggilnya mbou. Di Pulau Rinca, perilaku komodo sedikit lebih ganas. Kulitnya kekuningan dan lebih bersih. Buaya Darat Menurut salah seorang peneliti khusus komodo yang TP temui di Pulau Komodo, musim kawin komodo terjadi pada Juli-Agustus. Jumlah jantan dan betina 4 berbanding 1. Lantaran tak seimbang sering terjadi perkelahian antar jantan untuk memperebutkan betina hingga terluka bahkan tewas. Komodo jantan sukar ditemukan saat musim kawin, sebab sibuk mengejar betina. Usai kawin, sang betina akan bertelur lalu menyimpannya di lubang. Betina bertelur 20-50 butir dan menjaganya selama 7 bulan. Bentuk telurnya oval, berwarna putih dengan panjang 9 cm, lebar 6 cm dan beratnya 105 gram. Setelah menetas, panjang rata-rata 18 inci atau 45 cm. Yang dewasa sekitar 2 meter, pernah juga dijumpai komodo sepanjang lebih dari 3 meter. TP pun mengamati bayi komodo. Kulit bayi komodo berwarna kekuningan. Umur 10 bulan coklat muda. Usia 20 bulan ke atas berubah menjadi agak hitam, lalu coklat gelap setelah dewasa. Anak komodo langsung pandai memanjat pohon untuk mencari makan, sekaligus menghindar dari ancaman komodo dewasa. Santapan kegemarannya aneka serangga, cecak dan tokek. Setelah dewasa, lebih suka memangsa rusa, babi hutan, kerbau dan telur burung Gosong. Komodo dewasa tak bisa lagi memanjat pohon lantaran keberatan badan. Selain suka memangsa hewan lain termasuk manusia, komodo dewasa juga suka menyantap anaknya (kanibal). Areal perburuan komodo dewasa di lokasi yang sering dilalui hewan dan manusia. Komodo menyukai semak dataran rendah, berbatasan dengan savana. Terkadang ada di dataran tinggi sekitar 400-600 meter dpl. TP juga melihat komodo berenang layaknya seokor buaya terutama jika melihat bangkai ikan besar yang mengapung di perairan. Wajar penduduk setempat menjulukinya buaya darat. Berdasarkan pengamatan TP secara langsung di Pulau Komodo, predator yang dilindungi undang-undang seperti halnya Harimau Sumatera ini meski bukan termasuk satwa penyerang yang ganas, namun tetap berbahaya. Apalagi bila berada di TNK, di habitatnya itu komodo sebagai raja. Lengah sedikit, Anda bisa jadi mangsanya. Cara yang amat saat berada di habitanya, Anda harus tetap waspada dan ditemani jawagana bila ingin melihat predator ini atau hendak berpergian ke obyek-obyek lainnya. Sebab bagaimanapun melihat komodo di habitatnya, di pulau Komodo dan pulau-piulau lain di TNK jelas jauh lebih mengasyikkan dibanding di kebun binatang. Atmosfir dan panorama yang bakal Anda dapat pasti lebih seru, menawan, dan mengesankan. Bila Anda yakin bahwa sang predator yang kanibal ini menjadikan Pulau Komodo dan pulau-pulau lain di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) begitu berati dan berbeda dibanding kawasan lain, sebaiknya Anda memilih Taman Nasional Komodo agar terpilih sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia baru versi Yayasan New 7Wonders. Caranya dengan melakukan vote di http://www.new7wonders.com/nature/en/vote_on_nominees. Selamat memilih semoga Anda dapat menyaksikan bagaimana komodo menjqdi penguasa di habitatnya.*** Naskah & Foto: A. Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

2 komentar:

jaket kulit mengatakan...

salam hangat dari kami ijin informasinya dari kami pengrajin jaket kulit

Unknown mengatakan...

luar biasa infonya sangat bagus. bisa kunjungi web saya di http://www.seniuntukbangsaku.com