Cari Artikel Lainnya

Minggu, 31 Agustus 2014

Kesenian Badud Hampir Punah

PELAKU seni sedang mempertunjukkan kesenian Badud, di Objek Wisata Guha Sinjang Lawang di Dusun Parinenggang, Desa Jadimulya, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran belum lama ini. Kesenian khas Pangandaran asal Dusun Margajaya, Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang kini hampir punah. Pemerintah berupaya untuk tetap melestarikan, dan mempromosikannya.* PARIGI, (PRLM).- Karena belum adanya regenerasi, kesenian Badud sudah hampir punah. Bahkan, sangat jarang sekali ditemukan. Di tempat asalnya saja, jarang sekali pertunjukan kesenian tersebut digelar. Namun, saat ini para pelaku seni, masyarakat, dan pemerintah setempat, berkomitmen untuk terus melestarikan, mengembangkan, menjaga, dan mempromosikan kesenian tersebut. Sebab, jika tidak demikian, maka seni budaya Badud diambang kepunahan. Kesenian asli daerah Kabupaten Pangandaran ini hampir punah, dan sangat langka. Seni tersebut, dapat dikatakan berbeda dengan kesenian yang ada pada umumnya. Kesenian Badud, adalah seni yang menceritakan tentang kegiatan aki dan nini pakebonan (kakek dan nenek yang berkegiatan di kebon). Mereka bertani dan bercocok tanam di hutan. Selain ada aki dan nini, ada pula pemain yang berperan sebagai binatang lengkap dengan jubah dan topeng. Seperti karakter monyet, lutung, babi hutan, dan harimau. Pemeran aki dan nini pun mengenakan topeng, dan berbusana jaman dahulu. Bagi siapapun yang melihat, awalnya pasti akan tertawa dan terhibur. Namun, untuk pemeran binatang mereka tampil dalam kondisi kesurupan. Mereka dikendalikan oleh seorang pawang yang ada di tengah-tengah para pemain. Pada awal pertunjukan, diawali oleh seni musik dogdog dan angklung. Selain memainkan alat musik, mereka pun melakukan gerakan-gerakan yang membetuk formasi berbaris, maju dan mundur serta beputar. Kesenian Badud sendiri berpusat dan berasal dari Dusun Margajaya, Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang. Awal mulanya, kesenian itu dilakukan ketika mengiringi orang-orang yang membawa hasil panen dari sawah ke lumbung padi. Dikatakan Didin Jentreng salah seorang Budayawan Kabupaten Pangandaran seni Badud merupakan salah satu jenis kesenian tradisional Pangandaran yang hampir punah. Padahal kesenian tersebut memiliki nilai seni yang tinggi dan mempunyai ciri khas. "Bahkan, ini dapat menjadi icon, dan daya tarik di sektor pariwisata. Selain itu pula, dengan dikembangkan dan dilestarikan, maka Badud akan tetap ada," ucapnya Rabu (13/8/2014). Dikatakan Didin, seni Badud dahulu ramai dimainkan pada era tahun 1950-an. Hampir setiap saat, masyarakat dapat menikmati seni pertunjukan itu. Akan tetapi, saat ini paling banter juga digelar pada saat acara hajatan dan khitanan saja. "Kami berupaya untuk terus menjaga dan melestarikan Badud. Juga menggebyarkan kembali Badud," katanya. (Mohamad Ilham Pratama/A-147)***

Tidak ada komentar: