Cari Artikel Lainnya

Senin, 04 Juni 2012

Indonesian Dance Festival: Festival Tari Bertaraf Internasional

Bagai disergap kesunyian saat tari Bedhaya Diradameto membuka pertunjukan malam itu. Bedhaya Diradameto merupakan tari yang sudah berusia hampir 100 tahun, bagian dari seni tari Keraton Mangkunegaran Surakarta, dan tidak pernah dipentaskan ke hadapan publik sebelumnya. Tariannya mengisahkan pertempuran penuh keberanian Pangeran Sambernyawa dengan tentara VOC di Sitakepyak, selatan Rembang. Selain itu ada pula koreografer Belanda, Gerard Mosterd, ikut mementaskan karyanya dalam libreto berjudul L'Historie du Soldat, yang dibawakan secara jenaka. Melibatkan penari Eko Supriyanto, Martinus Miroto, Sri Qadariatin, dan narator Jamaluddin Latif. Indonesia Dance Festival (IDF) memasuki tahun penyelenggaraan kesebelas. Sebagai sebuah festival tari berskala internasional, IDF hendak merangkul masyarakat tari Indonesia, baik penari tradisional maupun kontemporer. Tahun ini yang diusung adalah Indonesia Menari. Selama sembilan hari ke depan IDF akan mementaskan karya para penata tari yang antara lain asal Indonesia, Jepang, Korea, Jerman, Aljazair, Taiwan, Finlandia, Inggris, Perancis, Tunisia, Belgia, dan Kamboja. Gelaran pentas direncanakan setiap hari di berbagai tempat yang berbeda, yakni Taman Ismail Marzuki, Gedung Kesenian Jakarta, dan Institut Kesenian Jakarta. Sementara sejumlah acara dalam rangka IDF telah digelar sejak bulan Februari lalu. Rangkaian kegiatan itu seperti seminar tari, lomba tari, dan bengkel kerja koreografi. Gerakan Indonesia Menari ini diusung oleh Djarum Apresiasi Budaya, Indonesian Dance Festival (IDF), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta, serta Ikatan Abang None Jakarta (IANTA). Tujuannya untuk menarik masyarakat Indonesia kembali mencintai budaya tari yang hampir dilupakan oleh masyarakat. "Menari adalah pesan yang ingin disampaikan sepanjang rangkaian acara ini. Sebab tarian selalu identik dengan kegembiraan, keluwesan, dan harmonisasi. Menari sama seperti mengajak semua warga untuk kreatif membangun bangsa karena keluwesan tak hanya diciptakan oleh gerakan tubuh tapi juga pola pikir," tutur Maria Darmaningsih, Direktur IDF. Ia menambahkan, tarian mengasah kepekaan insan dalam merayakan kehidupan. Bila rasa peka itu hilang, kita juga kehilangan empati kepada lingkungan sekitar kita. (Gloria Samantha. Sumber: Kompas)