Cari Artikel Lainnya

Rabu, 27 Februari 2013

Seni Tradisi Ditinggalkan Karena Dianggap Musyrik

Surakarta - Perkembangan seni tradisi mengalami hambatan serius dewasa ini. Secara perlahan, pelaku kesenian tradisi semakin langka sehingga seni tradisi terancam punah. Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Harry Waluyo, berpendapat, seni tradisi semakin ditinggalkan karena dianggap musyrik dan bidah. Sebab, seni tradisi biasanya berakar dari tradisi yang hidup di masyarakat. "Dan dalam perkembangannya, seni tradisi sangat erat dengan religi," ujarnya kepada wartawan seusai dialog seni tradisi di Surakarta, Ahad, 9 Desember 2012. Salah seorang pembicara, I Wayan Dibia, menilai seni tradisi ditinggalkan karena sering dianggap kuno dan usang. "Padahal ada inovasi dan kreasi baru dalam seni tradisi. Hanya tidak sedahsyat seni kontemporer," katanya. Dia mengatakan ada kesepakatan bahwa perubahan dalam seni tradisi tidak bisa frontal. Sebab, perubahan itu harus bisa diterima masyarakat luas. Harry mengatakan, apa pun yang terjadi, seni tradisi Indonesia harus terus eksis. Salah satu caranya dengan memanfaatkan teknologi. Nilai yang dikandung seni tradisi tetap dipertahankan, tetapi kemasannya dibantu teknologi agar lebih menarik. "Lalu sebisa mungkin memanfaatkan ruang publik untuk mementaskan seni tradisi. Tidak hanya secara fisik, tapi juga ruang publik di dunia maya," katanya. Wayan Dibia menekankan perubahan cara pandang generasi muda terhadap seni tradisi. Generasi muda harus ditanamkan bahwa jika ingin menjadi orang modern, terlebih dahulu harus memperkuat seni tradisi. Seni tradisi menjadi dasar dari pengembangan seni modern. "Kalau tidak punya dasar, seni modern yang dihasilkan tidak punya identitas dan jati diri," tutur Wayan Dibia, yang juga Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar. Upaya tersebut bisa dimulai dengan memperbanyak penulisan tentang seni tradisi. Jadi generasi muda sadar bahwa Indonesia adalah negara adibudaya. Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Juju Masunah, mengatakan, seni tradisi dapat terus tumbuh karena sudah bertransformasi menjadi industri kreatif. Menurut dia, saat ini seniman seni tradisi memproduksi produk atau karya untuk dijual ke wisatawan. "Akhirnya terjadilah perkawinan antara seni tradisi dan ekonomi kreatif," katanya dalam kesempatan yang sama. Untuk mengembangkan potensi seni daerah, pihaknya menyelenggarakan pergelaran mahakarya seni tradisi di Institut Seni Indonesia Surakarta pada Ahad malam ini. Dalam pergelaran akan ditampilkan Tari Bedhaya Bedah Madiun dari Jawa Tengah, Tari Srimpi Renggowati dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Tari Piriang di Ateh Kato dari Padang, Tari Topeng Adiningrum dari Cirebon, Tari Baris Gede dari Bali, dan Tari Pakarena dari Makassar.TEMPO.CO,

4 komentar:

ade muhlis mengatakan...

Budaya harus dilestarikan, karena kepercayaan, keyakinan dan Agama dalah bagian dari budaya. tapi tetap jangan menyekutukan tuhan

budaya indonesia mengatakan...

betul budaya memang harus dilestarikan, namun keyakinan terhadap tuhan jangan dikesampingkan

tempat wisata di bali mengatakan...

tari merupakan salah satu budaya yang mampu menjadi sarana wisata tersendiri, isalam mengajarkan keindah dan seni, yang penting tidak menyekutukan tuhan, karena tari bukan bentuk peribadatan dan kepercayaan terhadap benda lain

tepat wisata di Bali mengatakan...

terima kasih info nya mas